blazer korea

Dulu Duduk Manis, Sekarang Duduk Pesakitan



Menjadi pejabat itu, menjadi dambaan semua orang. Bisa duduk manis di kantor, apa-apanya ada. Berbagai fasilitas disediakan, mulai dari ruang AC, kusri empuk, sopir pribadi, sekretaris pribadi, sampai fasilitas mobil dan rumah dinas disediakan.


Inilah kira-kira gambaran ideal dari para pejabat di negeri ini. Gaji selangit ditambah tunjangan yang luar biasa, menjadikan para pejabat di negeri ini berlimang harta. Maka, tidaklah heran apabila fantasi dan cita-cita anak muda di Indonesia, ingin menjadi pejabat. Berbagai fasilitas, beserta kemewahanya menjadikan seorang pejabat begitu disanjung dan dihargai ditengah masyarakat. Tidak hanya itu, jabatan yang melekat dalam dirinya tersebut, membuat banyak orang datang untuk meminta restu, meminta petuah, hingga memninta jabatan dan proyek.


Sang pejabat dengan segala kewenangannya tersebut, hanya dengan duduk manis di kursi, bermodal telpon ditangan, bisa menggerakan segala sumberdaya, termasuk menggadaikan jabatan guna memperoleh keuntungan (baca :uang dan harta). Sebagai contoh kasus, kita bisa lihat wajah para koruptor di negeri ini. Rata-rata yang ditangkap oleh KPK adalah para pejabat negara yang sangat dekat dengan kekuasaan.


Wajah-wajah mereka seolah-olah tidak menggambarkan aklaknya yang buruk. Senyum mengembang dari bibir mereka saat menjadi pejabat, hancur seketika hanya karna rakus dan tamak dengan harta kekayaan. Tengok saja wajah Lutfi Hasan Isak (mantan ketua umum PKS), Akil Mokhtar (mantan Ketua MK), Andi Malaranggeng (mantan Menpora), Anas Urbaningrum (mantan Ketum Partai Demokrat), Miranda Goeltom (mantan Gubernur Bank Indonesia), serta para pejabat lainnya yang tersandung kasus korupsi, yang berseliweran dari pusat hingga ke daerah.


Pejabat dan kekusaan memang ibarat pedang bermata dua. Kalau digunakan dengan baik, maka, hasilnya pasti akan mensejahterakan masyarakat, karena tujuan dari kekuasaan itu sendiri adalah membawa kesejahteraan bagi masyarakat umum. Akan tetapi, kekuasaan para pejabat juga bisa membawa hasil negatif bagi dirinya. Pejabat yang terlena dengan kekuasaanya, akan menjadi rakus dan tamak. Dia akan menggunakan kekuasaan tersebut untuk memperkaya diri dan kelompoknya. Maka, konsekwensi logisnya adalah duduk di pesakitan, masuk bui yang tentu mengalami dampak psikologis bagi dirinya dan keluarganya.


Para pejabat yang tertangkap oleh KPK dan para penegak hukum lainnya, kini merasa pesakitan dibalik jeruji besi. Mereka harus merasakan bagaimana sakitnya berada dibalik jeruji besi karena perbuatan mereka sendiri. Para pejabat yang dipenjara tersebut, harus menanggung malu karena dicap sebagai para koruptor oleh masyarakat luas.


Langkah KPK menangkap berbagai pejabat dalam level apapun saat ini, harus diapresiasi dan didukung penuh oleh masyarakat. Dengan demikian efek jera bagi para pejabat yang sudah duduk manis dikursi kekuasaan dengan menyalahkannya guna menggarong uang rakyat, harus mendapat imbalan yang pantas dengan duduk pesakitan dibalik jeruji besi serta siap-siap dikucilkan dalam pergaulan masyarakat.







sumber : http://politik.kompasiana.com/2013/10/21/dulu-duduk-manis-sekarang-duduk-pesakitan-603553.html

Dulu Duduk Manis, Sekarang Duduk Pesakitan | Unknown | 5

0 komentar:

Posting Komentar