blazer korea

Ya Ampun, Anak SD pun Bermain Isu SARA



Saya hanya bisa mengurut dada yang terasa sesak ketika mendengar si dede menceritakan kejadian yang dialami dalam interaksi dengan teman-teman di sekolahnya.


Ternyata murid-murid yang baru kelas empat SD itu sudah bermain-main dengan isu SARA. Si dede seringkali menjadi bahan ejekan teman-teman sekelasnya berkenaan dengan agama.


Tadinya si dede bersekolah di sekolah swasta dekat rumah dari TK sampai kelas tiga SD. Tapi karena biayanya yang dari tahun ke tahun semakin naik, akhirnya terpaksa dipindahkan ke sekolah negeri dekat rumah. Cuma bertahan dua minggu.


Karena si dede tidak tahan dengan suasana kelas yang sangat ribut, sehingga tidak bisa konsentrasi belajar. Sementara guru hanya bisa menenangkan sebisanya. Belum lagi guru sering meninggalkan kelas, sehingga anak-anak bisa keluar main sepeda. Padahal sedang jam pelajaran. Belum lagi kepala sekolahnya yang minta sejumlah uang sebagai biaya pindah.


Terpaksa si dede dipindahkan lagi. Kali ini ke SDN favorit yang agak jauh dari rumah, syaratnya untuk diterima si dede harus dites. Ternyata diterima. Kali ini benar-benar gratis dengan kualitas yang cukup. Walau dengan disiplin dan pelajaran yang lebih longgar dibanding sekolah si dede yang lama.


Kembali ke soal SARA yang ingin saya bahas. Berdasarkan cerita si dede, bahwa beberapa temannya sering mengolok-oloknya dan satu temannya yang berbeda agama dengan mayoritas murid di kelas.


“Terus Dede gimana?”selidik saya dengan serius dan penasaran.


“Dede diam aja, Pi. Dede gak mau layani,” jawab si dengan dengan ekspresi lucu.


“Cuma kasihan, Pi, teman Dede. Dulu kan cuma dia sendiri yang agamanya lain. Jadi sering diledekin. Tapi sekarang ada Dede yang belain.” Kali ini si dede gayanya bak pahlawan kesiangan.


“Bagus. Dede diam aja jangan balas. Terus gurunya gimana? Dede gak lapor ke gurunya?”


“Dede sih gak lapor. Gurunya lihat juga diam aja. Tapi Dede bisa hadapi kok, Pi. Papi tenang aja.”


Kali ini lagi-lagi saya mengurut dada. Cuma dengan perasaan bangga.


Jadi ketika saya menemukan isu SARA yang masih bertebaran di media sosial rasanya memang tidak heran dan aneh. Karena yang masih anak-anak SD saja sudah bisa melakukan.


Dalam hal ini yang bisa saya lakukan sebagai orangtua, cuma bisa berpesan kepada si dede, agar jangan membalas dan sabar saja menghadapi. Bukan yang terbaik memang solusi ini.



sumber : http://sosbud.kompasiana.com/2013/10/23/ya-ampun-anak-sd-pun-bermain-isu-sara-601669.html

Ya Ampun, Anak SD pun Bermain Isu SARA | Unknown | 5

0 komentar:

Posting Komentar