blazer korea

Pernikahan Putri Sri Sultan, Antara Tradisi dan Aset Pariwisata




13824244481093948340

foto/ilustrasi : DPD KNPI DIY



Sejak Senin (21/10/2013), sampai dengan Rabu (23/10/2013), Yogyakarta bakal menyelenggarakan hajatan besar, yaitu pernikahan putri keempat Sri Sultan Hamengku Buwono X, GKR Hayu dan KPH Haryo Notonegoro.


Perhelatan akbar tersebut, menurut hemat saya, mengandung dua makna penting. Pertama , pernikahan putri Sri Sultan HB X, menjadi simbol bertahannya tradisi Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Tradisi yang bertahan sejak lama tersebut, menjadi simbol bahwa bangsa ini, kaya anekaragam budaya.


Kedua , dari sisi aset pariwisata, pernikahan Putri Sri Sultan, selalu menjadi magnet bagi para wisatawan baik lokal maupun mancanegara. Yang sayang kalau tidak dijaga dan dirawat bagi anak cucu kita nanti. Menjelang pernikahan Putri keempat Sri Sultan HB X, tahun ini saja, hampir semua hotel di DIY penuh diboking oleh tamu yang datang dari luar DIY dan dari mancanegara guna menyaksikan pernikahan tersebut.


Pernikahan putri Sri Sultan, menjadi pertanda begitu luhungnya budaya yang dimiliki oleh Kraton Yogyakarta, ditengah gempuran arus modernisasi saat ini. Bayangkan saja, ritual suci pernikahan Kraton dilaksanakan selama tiga hari berturut turut. Di mulai hari pertama, Senin (21/10), dengan ritual nyantri, siraman, pasang tarub, tantingan dan midodareni.


Hari kedua, Selasa (22/10), berlangsung ijab kabul di Masjid Kraton, kemudian dilanjutkan dengan acara panggih, di Bangsal Kencana, lalu kemudian diakhiri dengan acara Tampa Kaya dan Damar Klimah. Sedangkan pada hari ketiga Rabu (23/10), akan dilanjutkan dengan kirab, yaitu iring-iringan kereta kuda yang disertai dengan arak-arakan prajurit. Proses ini dilakukan dari Kraton menuju gedung kepatihan.


Acara pernikahan putri Sri Sultan, selalu menarik perhatian berbagai kalangan. Seperti yang kita ketahui bersama, saat menikahkan putri kelimanya dua tahun lalu, berbagai masyarakat dari berbagai latar belakang datang menyaksikan acara tersebut.


Kehadiran berbagai masyarakat baik lokal maupun mancanegara, tentu saja, menjadi aset pariwisata bagi DIY. Dalam pernikahan putri keempatnya tahun ini, Sri Sultan Hamengku Buwono X, mengudanga 1.500 tamu VIP untuk hadir pada upacara panggih di Bangsal kencana. Tamu VIP tersebut, terdiri dari Presiden, Wakil Presiden, jajaran Menteri, para kepala Duta Besar dari berbagai Negara, pimpinan lembaga Yudikatif, Legislatif, Politisi, serta tamu VIP lainnya.


Dari segi media yang meliput pun tidak kalah menterengnya. Selain ratusan media dalam negeri, ada juga media dari luar negeri, yakni stasuin TV dari Inggris. Mereka semua tentunya meliput acara tersebut, yang tentunya akan menjadi berkah bagi DIY, sehingga makin terkenal pariwisata budayanya hingga keluar negeri dan keseluruh pelosok nusantara.


Sementara itu, pada resepsi yang dilaksanakan di Bangsal Kepatihan Rabu besok, ada sekitar 3.000 undangan akan hadir mengikuti acara resepsi tersebut. Di sisi lain, pada rabu besok, ribuan warga Yogyakarta sedang para pelancong dari berbagai daerah akan menyaksikan kirab kedua mempelai dari Bangsal Kencana menuju Bangsal Kepatihan. Kirab tersebut akan diikuti oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X, yang menggunakan kereta Kencana. Kirab tersebut bertujuan, memeperkanlkan mempelai kepada masyarakat, sekaligus simbol kedekatan kraton dengan masyarakat.


Sebagai simbol kedekatan Raja dan masyarakatnya, kraton DIY, menyiapkan angkringan gratis sepanjang malioboro. Sementara itu, sebagai bentuk syukuran dan ucapan terima kasih dari masyarakat untuk Raja-nya, masyarakat menyiapkan panggung hiburan di titik nol kilometer, dimana masyarakat menggelar pesta rakyat dengan melibatkan seniman dari berbagai aliran serta tari-tarian dari berbagai daerah. Pertunjukan tersebut berlangsung pada hari Selasa (22/10), dititik nol kilometer. Masyarakat secara gratis diundang guna menyaksikan pertunjukan tersebut.


Dari kedua hal tersebut diatas, kita melihat bagaimana dekatnya antara tradisi dengan aset pariwisata. Sebagai bangsa yang besar dan memilik beranekaragam budaya yang tersebar diseluruh nusantara, kita seharusnya bangga untuk menggembangkannya. Karena aset tradisi yang kita miliki bisa kita kembangkan menjadi aset pariwisata, yang tentunya dapat menggerakan perekonomian masyarakat. Semoga***





sumber : http://sosbud.kompasiana.com/2013/10/22/pernikahan-putri-sri-sultan-antara-tradisi-dan-aset-pariwisata-603927.html

Pernikahan Putri Sri Sultan, Antara Tradisi dan Aset Pariwisata | Unknown | 5

0 komentar:

Posting Komentar