Genap setahun sudah duet Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama memimpin Jakarta. Relokasi warga di Waduk Pluit, penertiban PKL Tanah Abang serta lelang jabatan lurah dan camat adalah sebagian dari prestasi mereka berdua. Khusus untuk Jokowi yang menonjol adalah kemampuannya berkomunikasi dengan masyarakat. Sehingga tidak heran bilamana media seringkali memberitakan aktivitas sang gubernur yang senang blusukan. Alhasil popularitas beliau semakin meningkat, begitupun dengan elektabilitas sebagai calon presiden semakin tinggi. Demikian beragam hasil survei dari beberapa lembaga jajak pendapat. Apalagi pemilihan umum semakin dekat, akankah Jokowi menjadi calon presiden tahun depan?
Jakarta dulu …
Sebelum berakhirnya masa kepresidenan Soekarno secara resmi, sang proklamator memilih Letnan Jenderal Korps Komando Angkatan Laut Ali Sadikin sebagai Gubernur Jakarta pada tahun 1966. Keturunan sunda yang berwatak keras ini sedari awal menyadari tugas dan tanggung jawab memimpin sebuah ‘kampung’ besar yang kumuh tidaklah mudah. Dengan gesit dan tangkas Bang Ali memulai beragam mega proyek yang saat itu dinilai ambisius. Sebut saja seperti Taman Ismail Marzuki, Kebun Binatang Ragunan, Proyek Senen, Taman Impian Jaya Ancol dan Pekan Raya Jakarta serta masih banyak lagi. Yang paling kontroversial tentu saja legalisasi perjudian di ibukota. Asumsinya sederhana saja bahwa untuk membangun membutuhkan biaya. Daripada perjudian ‘swasta’ yang ada hanya menguntungkan segelintir orang, mengapa tidak dilegalisasi supaya bisa membiayai pembangunan di Jakarta. Dari duit judi dibangun sekolah-sekolah, puskesmas-puskesmas, perbaikan transportasi umum dan fasilitasnya termasuk pelebaran jalan-jalan raya serta masih banyak lagi yang lain.
Yang paling fenomenal tentu saja Proyek Mohammad Husni Thamrin. Proyek perbaikan kampung-kampung untuk memperbaiki kualitas kehidupan dan lingkungan penduduk setempat ini bahkan sampai memperoleh penghargaan dari Yayasan Aga Khan pada tahun 1980. Bank Dunia bahkan menobatkan proyek ini sebagai Praktek Global terbaik pada tahun 2004. Selama masa kepemimpinan Ali Sadikin tentu saja banyak kritik bertebaran dimana-mana. Tetapi ‘ujian’ tersebut dijalaninya dengan ‘santai’.
Sejarah membuktikan akhirnya beliau tidak menjadi Presiden tetapi segala kelebihan dan kekurangan saat merubah Jakarta menjadi kota metropolitan selama sebelas tahun kepemimpinannya telah mengharumkan namanya hingga kini. Ya, Bang Ali adalah Gubernur Jakarta yang legendaris.
Jakarta sekarang …
Sekalipun kepemimpinan Bang Ali yang prestisius di Jakarta masa silam, ternyata sekarang Jakarta masih memiliki segudang masalah yang kompleks. Dan masalahnya ternyata masih tidak jauh berbeda dengan yang dulu-dulu. Seputar banjir dan kemacetan yang paling mendasar. Kalau mau jujur, seandainya penerus Bang Ali konsisten dengan konsep pembangunan Jakarta serta kreatif maka masalah-masalah mendasar seperti banjir dan kemacetan mungkin sudah bisa diantisipasi sejak lama. Gagasan-gagasan Jokowi sebagaimana yang dijanjikan dan sebagian sedang diterapkan sebenarnya hanyalah mengulang kembali pokok-pokok pikiran Ali Sadikin kala membangun Jakarta. Keberhasilan program-program beliau selama ini ditopang oleh sosok Jokowi yang sederhana namun spektakuler. Lalu bila terpilih atau minimal mencalonkan diri sebagai Presiden bagaimana nasib program-program tersebut? Benar masih ada sosok Basuki Tjahaja Purnama yang notabene Wakil Gubernur. Keduanya diikat oleh kesamaan prinsip yakni keinginan membangun Jakarta dengan kejujuran dan kerja cerdas berdasarkan rasa cinta tanah air. Tapi belum tentu masyarakat setempat menyukai gaya ceplas ceplos dan keras wataknya Ahok. Imbasnya bisa berujung berakhirnya konsep pembangunan Jakarta yang sudah digagas sebelumnya menjadi sebatas wacana.
Jakarta nanti …
Saya malah berharap Bapak Joko Widodo selaku Gubernur Jakarta secara lugas dan jelas menolak keinginan sekelompok orang untuk menjadi RI 1 dan berkonsentrasi penuh untuk fokus menggubah Jakarta yang masih semrawut. Ingat! Membangun dan memperbaiki Jakarta tidaklah mungkin hanya dalam waktu setahun. Bila kelak dalam periode pertama ini konsistensi kepemimpinan Jokowi masih memikat banyak penduduk Jakarta maka bisa jadi berlanjut sampai periode kedua. Andaikata nanti dalam dua periode Jokowi dianggap berhasil memimpin Jakarta maka mungkin masih ada kesempatan untuk menjadi Presiden. Ekspektasi saya nantinya Jakarta bisa menjadi program percontohan di Indonesia dalam hal kepemimpinan, reformasi birokrasi dan pembangunan yang berbudaya dibawah kepemimpinan Jokowi. Keberhasilan pembangunan ibukota kelak akan menjadi inspirasi bagi wilayah-wilayah lainnya di Indonesia.
So, jangan jadikan Jokowi Presiden (pada pemilu 2014).

0 komentar:
Posting Komentar