blazer korea

Boleh Saja Kritik Jokowi, Asal



Dibullynya Nurhayati Assegaf, Ketua Fraksi Demokrat DPR RI oleh lebih dari 5 ribu pembaca Detiknews 3 hari yang lalu ternyata membuat sejumlah anggota DPRD DKI baik dari partai Demokrat, maupun dari partai lainnya menjadi Ngeri dan merasa gentar kalau harus mengeritik Jokowi dan Ahok lagi.


Taufiqurrahman anggota DPRD DKI yang merupakan politisi Partai Demokrat yang sebelumnya selalu vocal mengeritik Jokowi dan pernah mengancam akan melengserkan Jokowi berkaitan dengan KJS (Kartu Jakarta Sehat) kini berubah menjadi kalem dan sedikit pendiam.


Ketika ditanya bagaimana pendapatnya tentang Nurhayati yang dibully sekian ribu orang di media, Taufiq hanya mengatakan : ​”Enggak mau komen ah, nanti gue di-bully . Enggak deh, hehehe,” kata Taufik dalam pesan singkatnya ke detiknews.


Begitu juga dengan anggota DPRD DKI, Ahmad Husein Alaydrus yang memilih tidak mau berbicara banyak. Politisi yang sering dipanggil Habib ini tidak mau berkomentar tentang Jokowi. Dia hanya meminta media massa memberitakan Jokowi secara obyektif saja terutama yang berkaitan dengan Macet dan Banjir.


Kalau melihat atau menilai pernyataan kedua politisi tadi mungkin bisa dikatakan harus seperti itulah sikap para politisi kita. Mau mendengar aspirasi dari masyarakat dan mau bersikap berhati-hati untuk memberikan penilaian terhadap siapa saja, apalagi yang mungkin saat ini sedang mendapat simpati dari banyak masyarakat.


Berbeda dengan kedua politisi tersebut, Nurhayati Ali Assegaf malah bersikap Arogan. Nurhayati memilih bersikap cuek dan tidak mempermasalahkan dirinya dikecam oleh masyarakat. Karena setelah dikecam gara-gara mengeritik Jokowi soal 1.000 rumah yang terbakar, Nurhayati kembali mempermasalah Jokowi yang menolak mobil murah dimana dianggap Jokowi tidak pro rakyat kecil.


Itulah seorang Nurhayati yang begitu arogan dan tidak perduli dengan aspirasi sekitar 5.000 pembaca media. Dia sama sekali tidak berpikir bahwa mungkin diantara 5.000 pembaca itu adalah mereka yang memilihnya di pemilu lalu sehingga dia bisa menjadi anggota DPR. Kedudukannya yang tinggi membuat dirinya menjadi lupa tugas utamanya adalah mendengar aspirasi rakyat dan bukan untuk membela partainya yang korup.


Mengapa Jokowi Bisa Disayang Banyak Orang?


Kembali kepada sikap beberapa politisi yang bisa dikatakan sudah enggan mengeritik Jokowi ini sebenarnya harus ditempatkan kepada porsinya. Masa’ iya sih sejumlah masyarakat sama sekali tidak memperboleh Jokowi dikritik program kerjanya atau kebijaksanaannya? Tentu tidak dong.


Hanya orang yang norak dan kampungan saja yang sampai pada kesimpulan seperti itu. Hehehe… Dan Kampungannya Nurhayati , Amien Rais dan sejumlah politisi lain dalam memandang Jokowi sebenarnya terletak pada pola pikirnya masing-masing. Di sisi pertama di benak mereka adalah sudah ada pemikiran bahwa Jokowi sudah merupakan saingan politik terberat di tahun depan. Ini adalah penyebab utama sehingga pernyataan mereka, komentar mereka lebih didorong oleh nafsu ingin membungkam popularitas Jokowi.


Ketika suatu pemikiran atau opini tentang suatu kejadian sudah dicemari oleh kepentingan pribadi maupun kelompok maka pernyataan yang dikeluarkan akan menjadi sangat subjektif. Dan ini dapat dibaca dengan jelas oleh siapapun yang mendengarnya maupun sempat membacanya.


Mereka (Nurhayati, Amien dan lainnya) tidak pernah berpikir : Mengapa Jokowi dibela banyak orang?


Itulah kebodohan mereka yang tidak mencoba mencari tahu akar penyebabnya. Mereka hanya berpikir sepintas bahwa Jokowi bisa disayang banyak orang karena disayang media dan dibesar-besarkan oleh media. Ini adalah kesalahan/ kebodohan terbesar dari pola pikir mereka.


Jokowi bisa menjadi disayang banyak orang karena Jokowi memang berbeda dari pemimpin-pemimpin yang lain. Pemimpin yang lain selalu berkepentingan dalam melakukan sesuatu. Kepentingan atas dirinya, atas kelompoknya, dan atas partainya sangat terbaca oleh masyarakat. Sementara seorang Jokowi tidak seperti itu. Keseriusannya bekerja untuk kepentingan rakyat sangat jelas terlihat tidak didasari kepentingan pribadinya maupun partainya. Begitu juga Ahok sang wakil gubernur. Mereka berdua bekerja dengan kesungguhan hati sesuai dengan jabatan mereka. Ide-ide cerdas mereka mengalir begitu saja karena memang mereka tidak memiliki kepentingan tertentu. Transparansi mereka dalam birokrasi juga sangat jelas.


Semua itu yang membuat banyak masyarakat menjadi suka dan rasa suka itu kemudian berubah menjadi harapan yang besar tentang seseorang yang patut dicontoh menjadi pemimpin.


Hanya itu kok yang terjadi pada seorang Jokowi.


Lalu kemudian ketika satu dua orang mencoba mengkritik Jokowi tetapi direspon oleh cacian dari sejumlah masyarakat seharusnya yang mengkritik mencari tahu kenapa bisa terjadi seperti itu. Bukannya langsung mengambil kesimpulan Jokowi sudah dianggap Dewa oleh banyak masyarakat sehingga tidak boleh dikritik. Bukan seperti itu dong.


Harus diingat adalah : masyarakat yang membaca berita-berita di media online sebenarnya adalah masyarakat menengah keatas. Dan mereka rata-rata mempunyai pendidikan yang cukup (memiliki standar kecerdasan). Ini harus diyakini oleh para politisi kita bahwa Golongan masyarakat inilah yang sangat potensial membentuk opini masyarakat yang lebih besar di tingkat bawahnya.


Masyarakat di kelompok inilah yang merupakan kelompok masyarakat yang sanggup berinteraktif. Mereka mampu menilai dan berani memberikan penilaian. Penilaian mereka mengarah ke atas (mampu mengkritik dan lainnya), juga mengarah ke bawah. (menyampaikan opini kepada lingkungannya/ masyarakat dibawahnya).


Ketika suatu pernyataan/statement dari seorang Pejabat/ Politisi merupakan pernyataan yang tidak objektif, pernyataan yang ngawur, atau tidak pro rakyat maka yang terjadi adalah kelompok masyarakat tadi langsung meresponnya dengan aspirasi mereka. (biasanya berupa komentar-komentar pada media online).


Ini bukan saja menyangkut berita tentang Jokowi saja tetapi secara Umum. Sebagai contoh adalah kebijakan penghapusan subsidi BBM yang sangat direspon oleh ribuan masyarakat, lalu tentang kasus pembunuhan Sisca Yofei yang juga direspon banyak masyarakat, juga ketika SBY dibela karena dikritik secara subjektif oleh Adi Massadi maupun Bambang Soesatyo, dan masih banyak kasus/ hal lain yang menjadi perhatian masyarakat dimana mereka memberikan reaksi negative.


Jadi bodoh sekali kalau ada poltisi yang berpikir ada suatu kelompok besar pembela Jokowi yang standby di media-media online yang siap menghajar/ membully siapa saja yang mengkritik Jokowi. Apalagi berpikir kalau kelompok itu ada yang membayarnya. Hahaha.. (yang nulis menjadi geli karena beberapa kali menemukan beberapa orang yang menyebut Jokowi memilik Cyber Army).


Jokowi Sebenarnya Boleh Dikritik Kok.


Kembali ke Laptop, bahwa sebab musabab Nurhayati atau Amien Rais dibully oleh masyarakat itu dikarenakan Kritikan Dari Mereka Tidak Objektif.


Seorang Nurhayati mengkritik setahun kepemimpinan Jokowi dengan tolok ukur Rumah-rumah yang terbakar di DKI dan membandingkannya dengan gubernur sebelumnya. Dimana objektivitas dari logika seorang ketua Fraksi Demokrat yang juga Wakil Ketua Umum partai Demokrat? Dimana moralitas Nurhayati dengan mengangkat Musibah kebakaran sebagai komiditi politik untuk menjatuhkan Jokowi?


Begitu juta Amien Rais yang mempertanyakan gelar Walikota Terbaik yang diperoleh Jokowi dari lembaga luar negeri, mempertanyakan prestasi Jokowi di Solo dan mempertanyakan Nasionalisme seorang Jokowi. Betapa tidak objektifnya seorang Tokoh Reformasi memberi penilaian kepada seorang Gubernur dengan menyerang subjektivitas seseorang.


Begitu juga seorang Ruhut Sitompul yang mengatakan anak tukang mebel tidak pantas menjadi presiden.


Yang terjadi pada ketiga orang tersebut adalah reaksi spontan dari masyarakat. Mereka bereaksi bukan semata-mata Jokowi diserang tetapi melainkan bentuk penyerangan tersebut yang tidak subtantif dan tanpa alasan yang kuat. Jadi bukan perkara mengkiritik Jokowinya tetapi Bagaimana cara mengkritiknya itu yang menjadi masalah.


Sebagai perbandingan, lihatlah kritikan-kritikan langsung masyarakat kepada Jokowi yang juga sebenarnya ada. Kalau mereka mau jeli membaca berbagai berita pasti mereka akan menemukan bahwa Jokowi pernah dikritik karena berniat mengizinkan warung-warung rokok berdiri di jalan MH Tamrin dan Jalan Sudirman. Begitu juga tentang bangku taman dan topeng monyet. Kritikan-kritikan tersebut berasal dari masyarakat umum dan bukan politisi.


Jadi Jokowi boleh dikritik loh ! Siapa saja boleh mengkritisi Jokowi dan Ahok.


Jokowi bukan Dewa kok. Dan masyarakat pendukungnya bukan wong gunung yang punya sifat membela membabi buta kok.


Silahkan mengkritik Jokowi, tapi tolong lakukan dengan cara yang benar dan secara objektif. Karena yang diinginkan semua orang adalah Indonesia yang lebih baik lagi.


Percayalah…. Percayalah…


Salam Blogger


http://news.detik.com/read/2013/10/23/160534/2393586/10/ogah-kritisi-jokowi-lagi-taufiqurrahman-takut-di-bully?ntprofil




sumber : http://politik.kompasiana.com/2013/10/23/boleh-saja-kritik-jokowi-asal-604229.html

Boleh Saja Kritik Jokowi, Asal | Unknown | 5

0 komentar:

Posting Komentar