blazer korea

Meredam Anakisme Suporter dengan Memaksimalkan Peran Kyai





Bentrok dan tindakan anarkis antar suporter kerap terjadi di ranah persepakbolaan Indonesia. Kejadian klasik tersebut bisa terjadi karena memang sudah ada niat atau rencana di antara kumpulan suporter, bisa juga karena gesekan berupa caci maki di antara kedua kubu. Akan tetapi, dapat dipastikan bahwa sikap fanatik yang berlebihan serta dendam berkepanjangan antar kedua kubu menjadi pemantik api permusuhan. Sikap itu diturunkan kepada generasi penerusnya yang seolah-olah dipatrikan rasa permusuhan abadi, sehingga perdamaian tidak akan pernah terjadi.


Akibat dari hal itu, sepak bola yang seharusnya menjadi hiburan menarik – di tengah permasalahan yang kompleks di negeri ini – semakin membuat masyarakat menjadi tidak aman dan nyaman. Selain merugikan kedua kubu yang bertikai sendiri, masyarakat yang tidak tahu-menahu tentang pertikaian kedua kubu juga menjadi sasaran anarkisme. Mereka menjadi korban pemukulan hingga mengalami luka-luka, rumah mereka hancur terkena lemparan batu, toko-toko yang menjadi sendi perekonomian mereka berantakan, serta lalu lintas jalanan menjadi terhambat.


Tindakan anarkis dan bentrok antar suporter ini sering terjadi di Jawa Timur (dan tentu juga terjadi di daerah lain di Indonesia). Penulis meyakini bahwa mayoritas penduduk Jawa Timur (serta Indonesia secara keseluruhan) adalah Islam, dan secara kultur mereka tergolong Nahdliyyin. Sebagaimana telah diketahui, kultur Nahdliyyin (Warga NU) sangat menghormati sosok Kyai. Karena itu, sosok kyai merupakan solusi paling ampuh untuk mengatasi kejadian ini agar tidak terjadi lagi, sebab kyai menempati posisi dominan dikalangan Nahdliyyin.


Ali Maschan Moesa dalam bukunya Nasionalisme Kyai: Konstruksi Sosial Berbasis Agama menyebutkan ada 2 hal yang menyebabkan para kyai memperoleh posisi yang demikian dominan dalam NU. Pertama, kyai merupakan tokoh yang paling bisa dipertanggungjawabkan secara personal, baik moral maupun ilmu keagamaannya. Kyai yang disebut sebagai pewaris para nabi tentulah yang yang paling mendekati tuntunan itu. Kedua, seorang kyai, bahkan yang paling kecil levelnya, selalu memiliki kewibawaan dan pengaruh atas para santri dan komunitas pengikutnya. Para kyai juga mempnyai jalur kewibawaan langsung dengan masyarakat di sekelilingnya dan bahkan dapat menembus batas-batas kelompok, organisasi kedaerahan, atau mungkin lebih luas lagi.


Di dalam konteks ini, para kyai diharapkan utuk lebih serius mengarahkan para suporter klub sepak bola dalam negeri ini agar dapat menghilangkan perasaan saling mencurigai yang karenanya dapat menjadi alat pemecah belah. Para kyai juga diharapkan menanamkan sikap berbaik sangka, berpenampilan baik dan saling menghormati kepentingan masing-masing akan menciptakan perdamain, keamanan dan kemaslahatan bersama. Jika hal itu dilaksanakan, selain tontonan sepak bola menjadi menarik dengan sportif dan atraktifnya pemain ke-12 (suporter), para suporter juga turut serta memperjuangkan keselamatan bangsa, alam, lingkungan, kedaulatan rakyat, perekonomian rakyat dan persaudaraan antar umat.


Supaya hal itu terwujud, kedekatan hubungan antara para suporter dengan para kyai harus terus dijaga. Kyai memaksimalkan peranannya di masyarakat mulai dari tingkat desa hingga tingkat negara dengan menekankan pemahaman akan manfaat dan pentingya perdamaian, serta mudharat atau kerugian dari perpecahan. Adapun para suporter harus menyerap baik-baik apa yang disampaikan kyai di lingkungannya masing-masing sehingga mampu berfikir dewasa serta mampu menguasai diri ketika hendak mendukung klub kesayangannya.


Kemudian, perlu didirikan dan dimaksimalkan forum silaturahmi antar kelompok suporter seluruh Indonesia tanpa membeda-bedakan kelompok dan klub yang mereka dukung. Tempatkan sosok kyai sebagai penasehat atau pengayom di forum tersebut. Isi forum tersebut dengan hal-hal positif, seperti diskusi, pengajian, kegiatan sosial dan seni budaya. Lambat laun forum ini akan menghasilkan tindakan positif dari dan terhadap mereka serta masyarakat umum. Tak perlu menunggu tindakan pemerintah dan kepolisian, yang kerap kali “gagal” mengatasai problem pertikaian dan anarkisme suporter.



sumber : http://sosbud.kompasiana.com/2013/10/24/-meredam-anakisme-suporter-dengan-memaksimalkan-peran-kyai-604320.html

Meredam Anakisme Suporter dengan Memaksimalkan Peran Kyai | Unknown | 5

0 komentar:

Posting Komentar