blazer korea

Menyoal Jurnalist Feminin



Menarik pembicaraan pagi ini. Menyoal tentang kepenulisan perempuan dalam kerja-kerja jurnalistik, selama ini sering dilupakan bahwa dalam setiap kerja reportase atau writing memiliki representasi atau sebuah kerja reproduksi suatu bentuk tertentu yang biasa diatasnamakan pandangan atau nila-nilai. Dalam evaluasinya nilai-nilai ini kemudian memiliki efek yang menakjubkan pada pikiran juga prilaku seorang perempuan.


Pertama kita membahas content media yang disajikan oleh beberapa media–baik itu elektronik maupun cetak- yang mengaku sebagai media perempuan dan mengatasnamakan kepentingan perempuan didalamnya. Kita ambil contoh majalah perempuan saja, seperti kartini, femina dll., isi yang ditawarkan oleh majalah perempuan-yang mengaku dan mengatasnamakan pihaknya sendiri-ini ternyata memuat isi yang mengkontruksi identitas perempuan pada sisi indrustri-mengarahkan pembaca pada sasaran kepentingan ekonomi indrustri-seperti kosmetik, pakaian, dan peralatan rumah tangga.


Kedua kita membahas subjek alias pelaku yang ada didalam media tersebut. Masih sedikitnya perempuan yang berprofesi sebagai journalist merupakan salah satu masalah, bahwa keterlibatan kerja perempuan dalam bidang jurnalistik di Indonesia tahun 2012 lalu dalam catatan data Aliansi Jurnalistik Independen masih menunjukkan, dari 10 jurnalis, hanya ada 2 sampai 3 jurnalis perempuan. Atau dari 1000 jurnalis, 200-300 adalah perempuan, selebihnya jurnalis laki-laki. Mungkin hanya di Jakarta komposisi jurnalis perempuan dan laki-laki mencapai 40 berbanding 60. Di luar kota Jakarta, terutama di kota-kota madya, ketimpangan jumlah jurnalis merempuan dan laki-laki sangat terasa dan memprihatinkan. Dinyatakan oleh AJI (2002) hanya 6 persen jurnalis perempuan yang duduk sebagai petinggi redaksi. Artinya 94 persen atau mayoritas jurnalis perempuan bekerja sebagai reporter atau bukan pengambil keputusan redaksional.


Berkaitan dengan bahasan ketiga bahwa institusi dalam hal ini pemilik modal, pemegang kuasa atas newsroom menghasilkan sebuah keputusan dalam media massa dengan sensitivitas gender, untuk menentukan isu-isu yang diangkat sebagai pemberitaan. Karena memang hal ini berkaitan dengan kepentingan kekuasaan, baik kekuasaan yang membawa kepentingan didalam maupun diluar institusi itu sendiri. Hal ini lah yang kemudian disayangkan, akibat tidak memiliki perspektif gender, media massa sering-kali menutup mata pada isu-isu perempuan dan persoalan gender (meski sebelumnya telah dibahas bahwa mereka membawa dan mengatasnamakan kepentingan perempuan dalam kerjanya). Pada akhirnya, representasi perempuan yang ditampilkan dalam media massa semakin memarjinalkan dan mensubordinasi para perem-puan.


Bahasan keempat public sebagai pengkonsumsi hasil kerja media itu sendiri. Karlina Leksono Supelli dalam Pengantar Pers, Negara, & Perempuan (2002) menyatakan bahwa keterlinatan pembaca dalam sebuah proses wacana tidak sepenuhnya pasif. Pembaca memiliki kebebasan untuk memutuskan artikel apa yang akan dibaca atau dilewati. Dan mereka juga memilki kebebasan dititik mana akan melanjutkan atau menghentikan membaca sebuah artikel.


Otonomi seorang pembaca dalam proses penafsiran sebuah bacaan, yang kemudian mempengaruhi konsep piker juga mendapatkan kebebasan yang sama. Seperti yang disampaiakna oleh Paul Ricover, bahwa pembaca tidak berangkat dengan kesadaran kosong, mereka sudah mewarisi pemahaman dari masa lalu. Dan memang kebanyakan pembaca tidak menjadi sumber penafsirannya sendiri, atau tidak mampu mengambil jarak sehingga melakukan kesewenang-wenangan dalam melakukan aktivitas penafsiran.


Hal ini lah kemudian membentuk sebuah habitus public yang baru. Bahwa identitas pembentukan diri mereka sebagai perempuan dikarenakan oleh kerja-kerja produksi media yang kemudian dikonsumsi oleh tafsiran diri yang kemudian tersinergi pada pola dan tindakan perempuan dalam keseharian mereka.






DAFTAR PUSTAKA


Luviana. (2002). Jejak Jurnalist Perempuan, Pemetaan Kondisi Kerja Perempuan di Indonesia. Aliansi Jurnalistik Independen (9-10).



Lan, May. (2002). Pers, Negara, & Perempuan: Refleksi atas Prktik Jurnlisme Gender pada Masa Orde Baru. Kalika:Jogjakarta.



sumber : http://sosbud.kompasiana.com/2013/10/23/menyoal-jurnalist-feminin--603147.html

Menyoal Jurnalist Feminin | Unknown | 5

0 komentar:

Posting Komentar