APAKAH ada gunanya survei? Jelas ada! Karena dari dulu survei dipakai sebagai salah satu alat mengukur, tergantung apa topiknya. Secara sederhana bisa disebut polling alias jajak pendapat. Namun, apakah survei tersebut layak dipercaya dan diikuti? Sungguh, jika Anda mengatakan ragu; apalagi, jika itu menyangkut Calon Presiden Republik Indonesia 2014 nanti. Tentu saja, tidak bisa dipersalahkan.
Survei yang ada saat ini — tentang capres — dari banyaknya lembaga memang seperti angin puting beliung. Tergantung dari badan yang menggelarnya, termasuk cara dan audiensnya (jika diibaratkan musik). Jika penggemar dangdut disuguhi rock n roll dipastikan lari tunggang langgang. Jika penggemar keroncong disuguhi dangdut, ya idem dito. Meski ada juga penyuka dangdut ternyata gila rock n roll atau penyuka keroncong ternyata gila dangdut. Jika aku bos dan lembaga survei membuat jajakannya di perusahaanku, aku jamin para pengisinya — yang memang karyawan dan anakbuahku — pasti memilih aku.
Ini ada tulisan dari tribunnews.com.
JIKA PEMBUAT SURVEY TAKUT KEHILANGAN ORDER — Mencermati hasil survei LSI (Lingkaran Survei Indonesia), yang secara sengaja tidak memasukkan figur Jokowi dan Prabowo sebagai capres dalam survei tersebut, diduga ada skenario mengganjal Jokowi dan Prabowo menjadi capres 2014. Alasan LSI tidak menguji nama Jokowi dan Prabowo karena keduanya hanya merupakan capres wacana, hanyalah cara untuk menyiasati agar hasil elektabilitas Megawati dan Aburizal Bakrie (ARB) terkesan bersaing ketat berada di posisi atas. Sebagaimana diketahui, figur Jokowi dan Prabowo dalam berbagai versi lembaga survei selain LSI, elektabilitas keduanya melampaui Megawati dan ARB.
“Jadi, tentu saja, jika Figur Jokowi dan Prabowo tidak dimasukkan dalam bursa capres, akan ada kecenderungan pemilih beralih ke figur Megawati dan ARB. Selain itu, survei LSI yang hanya menempatkan 3 capres riil ini bisa dimaknai sebagai upaya untuk menggiring opini publik bahwa hanya ada tiga capres riil di 2014 ini,” kata Karyono Wibowo Peneliti Senior IPI, Minggu(20/10/2013).
Mantan peneliti LSI tersebut mengatakan, di satu sisi, hasil survei LSI yang menempatkan Megawati sebagai pemenang jika pilpres dilaksanakan pada hari ini hanya dugaan publik. Menurutnya, survei LSI sengaja memprovokasi agar Megawati maju kembali di pilpres 2014. Dengan begitu, berarti PDIP tidak mendukung Jokowi sebagai capres. “Kondisi inilah yang banyak diharapkan capres lain, karena jika Jokowi maju sebagai capres, syahwat politik mereka untuk menjadi presiden bisa kandas,” tuturnya.
Seperti diberitakan, LSI merilis hasil survei capres 2014. Dari survei tersebut menyatakan, hanya akan ada tiga partai besar, yang dapat mengusung capresnya. Diantaranya dari Partai Golkar adalah ketua umumnya Aburizal Bakrie. Capres PDIP, ketua umumnya Megawati Soekarnoputri, capres Demokrat adalah pemenang konvensi. Hasilnya Megawati unggul tipis dari Aburizal Bakrie.

0 komentar:
Posting Komentar